Surat Untuk Mantan

Hei, apa kabar kamu?
Masihkah kau memikirkan aku?
Masih adakah aku dalam ingatanmu?
Ataukah aku sudah terhapus oleh sang waktu?

Bolehkah aku jujur sejenak?
Tentang apa yang bergerumuh dalam sebuah benak
Tentang semua kenangan yang mulai tergeletak,
Dalam satu ruang dimana menarinya semua sajak


Aku mencoba melupakanmu setiap waktu
Mencoba menghapus semua memori bersamamu
Tapi, itu semua tetap ada dan membuatku merasa sedih
Aku ingin semua memori bersamamu itu hilang dan tertelan lubang hitam yang besar
Lubang hitam yang menekan dadaku setiap malam
Tapi entah mengapa, memori bersamamu itu tetap saja bersarang dikepalaku
Bisakah aku melupakanmu seperti ini?

Aku ingin berhenti mencintaimu sebelum semuanya menjadi lebih abu-abu
Berhenti sebelum cinta ini semakin sakit
Aku merasa sengsara dengan semua ini
Memori yang menerkam, cinta yang memangsa
Aku tidak bisa menjaga hatiku

Namun tetap aku tidak dapat melupakan dan membuang kenangan itu begitu saja
Aku tau bahwa hatiku akan membusuk,
Aku tetap saja tidak bisa pergi darimu

Disisi orang lain itu,
Waktu milikmu yang aku inginkan
Suara tawamu yang ingin aku dengarkan
Tangan milikmu yang ingin aku genggam
Aku ingin menjadi orang lain, mungkin dia
Agar kau bisa mencintai aku juga

Ini sangat menyakitkan. Menyakitkan. Dan menyakitkan kembali
Perlahan, hatiku mengalami pembusukan
Bisakah kau melihat bercak nadi perlahan membeku?

Sakit hati ini hampir menggerogoti hatiku
Membuat cintaku menjadi mati. Lalu, perlahan aku tak dapat merasakan lagi cinta itu sendiri
Perpisahan ini membuatku tegar sekaligus rapuh
Aku mampu menahan airmataku, tapi tidak dengan kesakitan hatiku

Beri saja aku sedikit ruang kosong dihatimu
Semata-mata hanya untuk pengingat bahwa aku pernah ada untukmu
Maafkan aku, sayang
Bukan aku tak mau mempertahankanmu, hanya saja kau yang terlalu ingin melepaskan.


"tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel bernard batubara" @gramedia"